Kebakaran Bengkel di Indonesia, Ini Sebabnya
PIANOTOTO-Bengkel sarat dengan benda-benda yang mudah terbakar. Benda-benda mudah terbakar itu berupa segala minyak pelumas bahkan hingga cairan bahan bakar, yang akan menjadi petaka jika terkena pemicu.
Dalam beberapa waktu belakangan saja, banyak sekali peristiwa kebakaran bengkel terjadi di Indonesia. Penyebabnya sendiri adalah api rokok.
Mei 2018 lalu, sebuah bengkel motor di daerah Jakarta Selatan terbakar diduga akibat api rokok. Salah satu bengkel di Depok, Jawa Barat, juga mengalami hal yang sama pada 2016 lalu, begitu juga ramainya berita Avanza yang terbakar di sebuah bengkel di Timika gara-gara rokok di tahun 2018.
"Mekanik itu kita paham kalau kerja tidak bisa lepas dari rokok. Makanya perlu suatu solusi tetap melakukannya tetapi lebih safety. Bagaimana caranya agar (kejadian) api yang bertemu oli dan minyak itu bisa diminimalkan," kata Roy Lefrans, CEO NCIG Indonesia.
Sebagai gambaran, hal semacam ini bisa terjadi lantaran bengkel tidak menetapkan standar keamanan dan keselamatan (SOP) yang ketat.
Bagi yang tidak punya SOP, merokok sepertinya menjadi hal lumrah dilakukan oleh para mekanik atau pekerja bengkel sehari-hari. Selain melepas penat, merokok juga dilakukan karena lokasi bengkel berada di area terbuka.
"Ketimbang rokok konvensional, rokok elektrik terbukti lebih safety karena tidak ada proses pembakaran yang menghasilkan bara api serta tidak meninggalkan residu berupa bau ataupun noda. Jadi mekanik tidak perlu khawatir menggunakan rokok elektrik saat bekerja," tambahnya.
Rokok elektrik sendiri tidak terlepas dari isu. Cerita ramainya baterai rokok elektrik meledak juga menjadi bahasan. Namun, hal ini perlu juga menjadi perhatian karena ledakan yang diakibatkan rokok elektrik sendiri sebenarnya terjadi karena kesalahan penggunaan baterai.
"Beda dengan yang built-in. Kalau baterai built-in sudah sesuai standar sama modnya kan. Baterainya juga tidak besar. Kecil. Modnya andaikata ada kesalahan pada baterai, itu tidak bisa meledak, cuma bunyi 'klok'," kata dia lagi, merujuk pada produk NCIG.
No comments: